Selasa, 19 Juli 2011

KERJA DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN.

Pendahuluan.
Allah adalah Allah yang bekerja merupakan sebuah pengakuan iman yang bertolak dari Firman Tuhan ( Kisah Penciptaan di kitab Kejadian ). Dengan pernyataan ini hendak dikemukakan bahwa antara yang transenden dan imanen tidak lagi ditempatkan secara terpisah tetapi menyatu. Kehadiran yang menyatu tersebut sejajar dengan 1 Petrus 2 : 9 yang menekankan muara dari penebuasan ialah memberitakan perbuatan – perbuatan Allah yang besar.
Sehingga Allah yang bekerja adalah Allah yang melakukan karya – Nya melalui manusia untuk mendatangkan damai sejahtera. Allah yang bekerja / berkarya melalui manusia tidak memperlihatkan keterbatasan Allah sebaliknya merupakan kasih karunia yang dialami oleh manusia.
Luther mengemukakan pandangannya dengan ungkapan tri ‘ sola ‘ yakni sola fide, sola gracia dan sola scriptura mengedepankan gagasan tentang terjadinya  gerak dari ‘surga ke bumi’ yang dilakukan oleh Allah. Didalam tindakan tersebut Ia mewujudkan cita – cita yang bersumber dari kerelaan hati – Nya untuk menyapa manusia. Sikap demikian akan memperkuat nilai perjumpaan yang mengkristal dalam relasi Allah – manusia dan manusia – Allah.
Iman ( Yun – pistis ) merupakan sebuah keputusan yang dibuat dalam kesadaran nurani untuk percaya dan mepercayakan diri. Melalui sikap yang demikian maka iman bukanlah suatu sikap diam tanpa makna yang berujung pada sikap premisif tetapi aktif yang berujung pada sikap kritis dan militan.
Jika demikian maka kerja dan iman Kristen merupakan kesatuan yang saling melengkapi sehingga kerja tidak lagi berlangsung mekanis dalam dingin dan beku serta iman yang permisif dan pasif. Keduanya bergerak secara pararel untuk memperlihatkan identitas pelaku kerja itu sendiri yakni manusia yang percaya dan mempercayakan diri kepada Allah yang bekerja.
a.     Kerja adalah gerak dari ruang privat ke ruang publik.
Ketika Yesus mengemukakan bahwa murid – Nya harus menjadi garam dunia dan terang dunia ( Matius 5 : 13 – 16 ) Ia sedang mengemukakan gagasan yang memiliki alur keluar dari eksklusivisme sektarian kearah inklusivisme komunal. Ketika kerja dipahami sebagai sarana ‘ kontemplasi yang bersifat mengosongkan diri ( kenosis ) maka kerja tidak sekedar aktifitas ritmis tetapi menyatunya manusia dengan Allah yang menjadi poros aktifitasnya.
Suasana demikian akan melahirkan gagasan bahwa kerja secara professional bergerak sejajar dengan pertumbuhan iman. Bahkan pada tingkat yang lebih seseorang memahami kerjanya sebagai ibadah ( memiliki arti yang sama dengan abudah yakni kerja ). Pemahaman ini akan menempatkan Yesus Kristus tidak saja pada ruang wacana tetapi ruang karya yang membuka cakrawala berpikir dalam kekuasaan kasih.
b.    Kerja adalah ‘ admiranda et Amanda ‘
Dunia kerja adalah bagian dari Kerajaan Allah. Dunia kerja adalah wilayah yang menyita sebagian besar waktu produktif manusia–orang Kristen termasuk. Itu berarti dunia kerja adalah bidang kontak yang penting bagi perluasan Kerajaan Allah. Rata-rata manusia menghabiskan 88 ribu jam hidupnya bekerja, sejak mulai bekerja hingga pensiun. Oleh karena itu dunia kerja adalah wilayah yang sangat penting. Dengan selalu mengingat hakikat Allah Sang Pekerja, jelaslah Allah sangat tertarik pada pekerjaan kita, bahkan mengandalkan pekerjaan kita untuk mencapai tujuanNya. Ia hadir dan memberkati kita pada saat kita bekerja di ruang kerja kita. Dan Allah memahami kemungkinan munculnya rasa kecewa dan frustrasi dalam bekerja sehingga Allah Sang Pekerja Agung itu datang membantu dan memberdayakan kita anak-anakNya menjadi pemenang.
Dalam dunia kerja yang demikian maka setiap murid – orang Kristen mewujudkan sifat admiranda – kebanggaan dan Amanda – dicintai. Ini berarti di ruang kerjanya ia menghadirkan damai sejahtera yang bersentuhan dengan manusia lain tanpa batasan.
c.     Sense Of Wonder .
Nuh disebut dalam kitab suci sebagai pribadi yang ‘ bergaul dengan Allah ‘ yang dalam KJV dikemukakan dengan ungkapan – he walked with God. Rasa takjub dimiliki oleh murid / orang Kristen ketika ia mau berjalan bersama Allah. Rasa takjub yang bertolak dari kesadara bahwa manusia diposisikan sebagai partner Allah untuk meneruskan Injil – eungelion – kabar sukacita yang sangat dipengaruhi oleh kerja.
Rasa takjub yang muncul dari keyakinan bahwa Allah menjangkau manusia melalui Yesus Kristus dalam sikap-Nya yang egaliter ( band. Lukas 24 : 36 , Fil. 2 : 1 – 11 ). Rasa takjub ini memberi ruang yang luas untuk terus berperan menyatakan kesaksian yang kongkrit di ruang ibadah aktual yakni dunia kerja. Karl Rahner – sebagaimana dikutip Romo Mudji – mengemukakan bahwa kelenturan dan keterbukaan nurani estetis religious manusia yang mudah terharu, tersapa dan mengolah hidup yang dinamis siap untuk terus rendah hati dalam relasi dengan Allah dan menjadi pendengar sabda yang aktif. Dititik inilah iman sebagai tanggapan atas semua karya Allah yang berinisiatif menjumpai manusia.
d.    Kesimpulan.
Jika iman dihayati sebagai tanggapan manusia atas karya Allah, maka tanggapan iman adalah tanggapan dalam karya. Sebuah karya yang bertolak dari rasa takjub dan bermuara pada kebanggaan bahwa diposisikan sebagai kawan sekerja Allah.
Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati merupakan peringatan yang tetap relevan dengan kehidupan masa kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar