Selasa, 19 Juli 2011

VITALISASI PELAYANAN DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN JEMAAT

Pendahuluan

Gereja  adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya ( I Pet. 2 : 9 ). Persekutuan ini kemudian disebut sebagai persekutuan yang kudus karena dikuduskan oleh Allah sendiri. Karenanya persekutuan yang ada, terbentuk bukan karena hasil dari manusia yang bersekutu tetapi oleh karena Allah yang mempersekutukan mereka ( Yoh 17 : 21 ). Ke-kudus-an persekutuan bertolak dari Allah yang kudus, sehingga ke-kudus-an gereja bukanlah suatu pilihan tetapi perintah dan keharusan. Gereja yang kudus dan ke-kudus-an gereja adalah dua hal yang telah melebur menjadi satu dan tidak terpisahkan.
Dalam pokok di atas hendak dikemukakan bahwa keberadaan gereja dengan Yesus sebagai Kepala Gereja senantiasa mengarah untuk menjadi saluran berkat yakni memiliki sikap murah hati seperti Allah bermurah hati tanpa membedakan orang ( band. Luk. 6 : 36). Hal ini menandakan kehadiran gereja sebagai persekutuan yang melayani dan bersaksi dalam kemurahan hati yang memanusiakan manusia. Pelayanan dan kesaksian yang tertuju dan terarah kepada kemuliaan Yesus dan memerdekakan sesama. Sehingga pelayanan dan kesaksian gereja merupakan perwujudan rencana karya Allah bagi dunia dan patut diterima dengan ucapan syukur
Pada sisi lain persekutuan yang adalah karya Allah memiliki gaya hidup yang sama yakni mengekspresikan keselamatan yang telah diperolehnya dalam berbagai bentuk. Persekutuan (koinonia) bukanlah persekutuan yang sama dengan dunia sebab persekutuan orang percaya memiliki tujuan untuk memberitakan karya Allah yang besar dan bukan memberitakan dirinya sendiri.(bnd. Gal. 2 : 9 ). Dalam upaya mewujudkan karya Allah tersebut setiap warga jemaat dilengkapi dengan karunia-karunia yang berbeda. Dalam keberbagaian karunia itulah setiap warga jemaat dipadukan menjadi persekutuan yang dinamis.
Dewasa ini persekutuan orang percaya diperhadapkan dengan tantangan yang tidak mudah. Roh-roh dunia yang melanda dengan sifat:
1.      konsumerisme
2.      egoisme
3.      individualisme
menjadi batu uji yang tangguh bagi persekutuan umat Tuhan. Kekuatan dari roh-roh dunia menyebabkan kita harus terus menerus belajar tentang Kristus (Ef. 4 : 20).
Persekutuan yang terus menerus belajar akan menjadi persekutuan yang mengakar dan bertumbuh. Pertumbuhan sebagai bagian yang tidak terlepas dari hakekat persekutuan yang mengarah kepada Yesus Kristus ( Ef. 2 ; 13 ). Persekutuan yang di dalamnya Yesus hadir menurut Paulus adalah persekutuan yang diikat menjadi satu oleh pelayanan (dari tiap-tiap anggotanya) yang mengerti kehendak Tuhan ( Ef. 4:16, 5: 17). Dengan demikian persekutuan orang percaya menjadi persekutuan yang berarti, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dalam hubungannya dengan sesama.

A.        FAKTOR – FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN UNTUK MEMBANGUN PELAYANAN YANG VITAL


I.                   “Rubber Neck”


Salah satu kemacetan dalam pertumbuhan dan berbuah adalah ketika persekutuan itu hanya melihat ‘kesamping’ dan tidak melihat ‘kedepan’. Persekutuan yang mengalami penyimpangan cara pandang senantiasa mengakibatkan tujuan perseketuan menjadi kabur dan tidak maksimal.
Tujuan persekutuan yang Yesus kehendaki adalah persekutuan yang mengarah kepada Kerajaan kekal ( II Petrus 1 :11, I Yoh 2: 28).
Tujuan persekutuan yang jelas ini akan menempatkan persekutuan pada perubahan yang berarti dan terarah. Sehingga kita tidak terjebak dalam arus kemacetan pertumbuhan iman, tetapi memiliki pola perubahan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain.
Dari penjelasan di atas nampak bahwa persekutuan di dalam Yesus memiliki ciri khas sebagai berikut:
a.       Subyek yang mempersekutukan adalah Yesus Kristus
b.      Jemaat yang mengalami pembaruan. (2 Kor. 5 : 17, Gal. 6 : 15, Ef. 2 : 10).
c.       Jemaat yang menjadi kawan sekerja Allah.


II.                 “ WTC ”

 Dalam konteks kita sebagai persekutuan yang hidup di tengah realitas yang menantang maka teori ini berarti

W  isdom              à  kebijaksanaan   ( Pengkh. 7 :  11)
                            
T   alented            à  talenta  ( Ef. 6 : 10 )
                                  
C   ompatible       à  sesuai, cocok  ( Mat. 25 : 21 ).

Terintegrasinya hal diatas dengan Yesus Krsitus berarti bahwa ada hubungan yang dekat dengan Tuhan dan bekerja sama . ( bnd. Yoh 15 : 4 – 8 )

III.“ merayakan, belajar, melayani “. 

                                                                                                                                                                                                                 

Pertanyaan utama yang harus dikemukakan ialah tujuan dari pelayanan. Sebab tanpa tujuan yang terarah maka pelayanan akan kehilangan ‘energi ‘. Tujuan dapat menjadi kekuatan yang menarik seseorang untuk terus mengara kemasa depan. Dalam konteks gereja tujuan itu ditentukan oleh Yesus ( Ef. 4 13 ) sehingga pelayanan yang dilaksanakan memiliki ttujuan yang jelas dari ‘ gereja yang aktual ‘ menjadi ‘ gereja yang ideal ‘. Dalam gerak yang demikian maka gereja menjadi gereja yang militan sebab:

1.      merayakan – menemukan kembali makna relasi dengan Allah dan melestarikannya.
2.      belajar        - memandang perbuatan hidup sehari hari dalam terang kehendak Tuhan.
3.      melayani    - bertndak sesuai dengan yang dialami dan pelajari

 

Dengan faktor – faktor diatas  hendak dikemukakan bahwa suatu persekutuan yang sifatnya aktual merupakan salah satu upaya membangun persekutuan yang berarti bagi kemuliaan Yesus Kristus. Sebab persekutuan  yang aktual adalah persekutuan yang sadar akan konteks dan merasa gelisah
Pertemuan semua faktor di atas akan nampak dalam pelayanan, perayaan, pengajaran, pembagian. Karena kita semua patut mewaspadai sistem yang sedang dibangun oleh iblis untuk menggagalkan pelayanan dan kesaksian kita sebagai persekutuan yang hidup dan berbuah.
Jemaat yang bertumbuh dan berbuah adalah arah dari sebuah persekutuan secara:
1. Kuantitatif        = pergi, baptis, dan ajarkan (mat.28:19 –20) band. Kis. 1 : 15 dan 
                                  4:4, 6:7.
2.Kualitatif            =  mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar (Ef. 4 :13)

Pelayanan sebagai bagian dari keterkaitan semua anggota tubuh dengan Yesus sebagai kepala merupakan pelayanan yang terjalin dengan tujuan yang jelas yakni berbuah (Yoh 15 : 4 – 6). Berbuah secara kuantitatif maupun kualitatif adalah dua hal yang tidak terpisahkan.


Pelayanan yang demikian akan mewaspadai beberapa bahaya:

1.   Kesombongan      2. Merasa berjasa    3. Menjadi pusat pelayanan

B. KESIMPULAN


            Vitalisasi bentuk pelayanan merupakan kebutuhan yang aktual dalam hubungannya dengan pembangunan jemaat. Melalui hal yang demikian maka kehadiran setiap pelayan dalam hubungannya dengan warga jemaat bukanlah hubungan subyek – obyek tetapi sebagai subyek – subyek. ( band. Ef. 4 : 12 )
            Disisi lain perlu dikemukakan bahwa keberadaan setiap pelayan tidak terlepas dari hubungannya secara rangkap. ( vertikal , horisontal ). Dalam perspektif yang demkian maka persekutuan yang hadir, hadir dalam pergumulan secara vertikal maupun horisontal untuk menjadi alat Tuhan yang berarti dan bermakna dalam pelayanan maupun kesaksian.
            Dalam konteks Pelayanan diperlukan kemauan untuk tetap sensitif dengan perubahan jaman. Artinya para pelayan harus sentiasa memberi keseimbangan yang dibutuhkan oleh para murid. Hal ini bertolak dari pemahaman bahwa pelayanan kepada para warga jemaat adalah pelayanan dalam dialog dan bukan monolog. Sehingga pengalaman hidup sang warag jemaat dapat diberi makna iman yang memungkinkan seluruh rangkaian pelajaran berlangsung dengan kreatif dan  mengena.

===============================
Pdt. Alex Letlora

Sumber-sumber

Jan Hendriks,      jemaat vital dan menarik
van Hooijdonk,    batu – batu yang hidup
Mc Grath,            christian teology
Rick warren         pertumbuhan gereja masa kini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar